Kontempl@si...

Perenungan Panjang Atas Sebuah Arti Hidup

Ketahuilah bahwa hidup ini bukan hanya pergantian siang dan malam
Bukan hanya pergantian lapar dan kenyang, ada dan tidak
Bukan hanya pilihan antara suka atau tidak suka, cinta dan benci
Bukan hanya aktualisasi emosi dan nafsu
Hidup ini jauh dari itu......

Ketahuilah bahwa hidup ini tak berarti tanpa perjuangan
dan perjuangan itu sia-sia tanpa kebenaran

Perjuangan dinilai dari pengorbanan, dan pengorbanan dinilai dari keikhlasan
Ketahuilah bahwa kebenaran adalah cahaya, dan kebatilan adalah kegelapan
Takkan pernah keduanya bersatu, bahkan saling menghilangkan

Kedewasaan adalah kesabaran, ketabahan, dan kerja keras
Kebijaksanaan adalah keberanian, pengendalian emosi, dan perhitungan
Keperkasaan adalah kekuatan menghadapi kedzoliman
Kesetiaan melindungi si lemah dan pemaaf
Kemuliaan adalah milik Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman

Life is.....^_^

abeELC_smd

Kecerdasan Emosi (EQ)

Kecerdasan emosi itu...., (uh... baca aja diposting sebelumnya)! Sekarang saatnya mengasah EQ, tapi bagaimana caranya ya??? Berikut beberapa tips bagaimana cara mengasah kecerdasan emosi anda:

(1) Selalu hidup dengan keberanian. Latihan dan berani mencoba hal-hal baru akan memberikan beragam pengalaman dan membuka pikiran dengan berbagai kemungkinan lain dalam hidup.
(2) Selalu bertanggung jawab dalam segala hal. Ini akan menjadi jalan untuk bisa mendapatkan kepercayaan orang lain dan mengendalikan kita untuk tidak menyerah. “being accountable is being dependable”.
(3) Berani keluar dari zona nyaman. Mencoba keluar darizona nyaman akan membuat kita bisa mengeksplorasi banyak hal.
(4) Mengenali rasa takut dan berani menghadapinya. Melakukan hal ini akan membangun rasa percaya diri dan dapat menjadi jaminan bahwa segala sesuatu pasti ada solusinya.
(5) Bersikap rendah diri. Mau mengakui kesalahan dan kekurangan kita dalam melakukan pekerjaan kita maupun dalam menjalani hidup ini, hal ini justru dapat meningkatkan harga diri kita dan respect dari orang lain.

Jadi kesimpulannya, kuasai kecerdasan emosi karena mengendalikan emosi merupakan salah satu fator penting yang bisa mengendalikan kita menuju sukses dan juga menikmati warna-warni kehidupan…..

Don't Stop DancinG...

Aku ingin menari bersamamu
Terus menari dengan alunan canda tawa kita
Tuntun tarianku jika lari dari irama...
Jangan hentikan tarian ini
Walau musiknya berganti dengan tangisan
Teruskan saja lenggok tubuh kita
Biar bersama menangis di atas pentas
Karena iramanya akan silih berganti
Hanya kita yang punya hak mencipta gerak tubuh
Seiring emosi yang meledak di jiwa-jiwa
Yang diikat satu......
Biarkan mereka cemburu
Mempelototi persembahan ini
Jangan peduli irama sumbang
Yang menyusup keluar dari celah-celah irama kita
Mencoba merusak gemulai
Lenggok tubuh yang seirama
Karna kita tahu siapa kita
“Lirik hati kurilis lewat syair
Kupersembahkan buat kurcaci-kurcaci tercintaku”

Makassar, May '08

Rasa TakuT.......

Mengatasi Rasa Takut
“Nggak pulang?”
“Nunggu hujan.”
“Loh, hujannya kan sudah datang tuh…?” * sambil cengengesan *
”Nunggu hujannya berhenti!” * sedikit sewot *
Benarkah kita takut hujan? Tidak. Yang benar kita… takut basah! Tuh, lihat. Anak kecil justru main hujan-hujanan karena tidak takut basah. Tapi, takut basah pun masih salah. Yang lebih tepat lagi adalah kita takut dengan konsekuensi basah. Jadi nggak bisa ngantor lah. Jadi malu sama orang lah. Jadi sakit lah.
Takut adalah mekanisme alamiah yang diberikan Tuhan kepada kita. Tujuannya adalah, agar kita menjadi berhati-hati, dan karena itu jadi selamat. Sebenarnya yang kita takutkan seringkali bukan sesuatu yang langsung dihadapi, tapi konsekuensi lanjut dari sesuatu itu. Misalnya, takut hujan. Maksud sesungguhnya adalah takut menjadi basah sehingga jadi malu kepada orang lain, atau jadi sakit. Nah, bila konsekuensi ini tidak lagi menakutkan buat kita (misalnya yakin tidak akan jadi sakit, atau niat sudah pulang dari kantor), maka sesuatu itu juga menjadi tidak lagi menakutkan.
Takut hantu?
Apa sih yang membuat kita takut hantu? Pasti karena bayangan si hantu itu akan mencekek kita, lalu kitanya jadi mati. Atau si hantu masuk ke dalam diri kita, lalu kitanya jadi nggak sadar, lalu terjun bebas keluar jendela, lalu mati. Pokoknya apapun yang dilakukan si hantu itu… ujung-ujungnya kita mati. Nah, itulah dia! Yang kita takutkan sebenarnya bukan si hantu, tapi ujung-ujungnya kita mati itu. (Padahal statistik bahwa hantu alias jin membunuh manusia itu sulit untuk dipercaya. Ngapain si jin itu capek-capek ’ngerjain kita’, emangnya dia dapat untung apaan? Dunianya juga tersekat berbeda.)

Ramalan..........

Ramalan, Fengshui, takdir, dan Efek Forer
Filed under: Kecerdasan Spiritual, Kecerdasan Emosi, Kecerdasan Intelektual, Cara Bahagia
Mama Lauren sedang naik daun. Kata orang, ramalannya jitu. Pada awal tahun 2007 ketika terjadi musibah hilangnya Adam Air dan tenggelamnya kapal Senopati, Mama lauren muncul di sebuah acara TV dan ditanya mengenai ramalannya untuk tahun 2007. Tentu saja saya yang kebetulan nonton acara itu (lupa acaranya) ikut curious dengan ramalan dia.
Katanya, kalau tidak salah, akan ada lagi musibah kecelakaan pesawat. Kalau tidak salah lagi, inisialnya ”A”. Selain itu ada ramalan artis yang akan bercerai (yang ini sih, standar). Beberapa waktu kemudian terjadi musibah pendaratan tak mulus pesawat Adam Air di Surabaya. Pesawatnya rusak, namun semua penumpang selamat. Kemudian terjadi lagi musibah kecelakaan pesawat Garuda di Yogyakarta. Musibah ini cukup fatal dan terdapat korban jiwa.
Nah, kalau ramalan mama Lauren jitu, mengapa inisial yang disebutkan ”A”, bukan ”G”? Apakah ramalan tersebut sekedar kebetulan? Atau suatu kemestian umum (seperti halnya ramalan bahwa harga BBM akan naik)?
Ramalan dan seni meramal sudah populer sejak jaman purba. Manusia selalu punya rasa ingin tahu tentang nasibnya di masa depan. Apakah kita boleh percaya dengan ramalan?

Bank............

Bank Kaum Miskin (2)
Filed under: Kecerdasan Emosi, Kecerdasan Power, Kecerdasan Intelektual, Profil, Kiat
“Beri tepuk tangan untuk kawan kita, teladan perjuangan melawan kemiskinan.”
Hugo Cavez, Presiden Venezuela
Seraya berekspansi, kami pantau kemajuan para peminjam melalui siklus pinjaman berturutan. Kebanyakan, besaran pinjaman mereka meingkat sejalan pertumbuhan bisnis dan meningkatnya kepercayaan dirinya. Beberapa peminjam yang paling dinamis menggunakan laba yang didapatnya untuk membangun rumah baru atau memperbaiki rumahnya sekarang. Tiap kali saya mengunjungi sebuah desa dan melihat sebuah rumah dibangun dari laba usaha yang dibiayai Grameen, saya merasa tergetar, meski saya masih menyesal karena ada banyak peminjam lainnya yang tidak mampu melakukan investasi besar macam itu.
Tahun 1984, saya lihat iklan Bank Sentral bangladesh yang mengumumkan rencana pembiayaan baru untuk kredit kepemilikan rumah (KPR) di wilayah pedesaan. Menanggapi iklan itu, Grameen Bank mengajukan ke Bank Sentral permohonan bantuan untuk mengenalkan program KPR ke peminjam. Kami jelaskan bahwa kami dibatasi oleh kondisi para peminjam kami yang sangat sederhana, yang tidak bisa membayar uang sebesar yang disebutkan dalam iklan Bank Sentral. Para peminjam kami tidak bisa meminjam 75.000 taka (sekitar AS$2.000), tetapi kami sungguh ingin meminjamkan KPR sejumlah 5.000 taka (AS$125) untuk mereka.
Permohonan kami ditolak. Para staf ahli dan konsultan Bank Sentral memutuskan bahwa apapun yang dibangun dengan harga AS$125 tidak akan memenuhi pengertian struktural sebuah rumah. Secara spesifik mereka nyatakan bahwa rumah macam itu tidak sesuai dengan “jenis rumah di negeri ini”.
Saya protes. “Siapa peduli dengan ‘jenis rumah di negeri ini’?” ujar saya. “Yang kami inginkan adalah atap yang tidak bocor dan ruang kering yang bisa dihuni oleh para anggota kami.”
Kami berusaha agar konsultan-konsultan Bank Sentral bisa melihat sendiri dampak besar kredit rumah yang sangat kecil ini terhadap kondisi para peminjam kami saat ini. Tetapi semua argumentasi kami kandas. Mereka tidak akan mengalah.

SikluS......

Siklus dan ritme kehidupan
Filed under: Kecerdasan Emosi, Kecerdasan Power, Kiat, Topik Personal, Cara Bahagia
Secara periodik kita akan mengalami kegelisahan. Merasa jenuh dengan aktivitas rutin yang kita lakukan setiap hari. Merasa kurang dengan apa yang telah kita capai. Merasa bosan dengan apa yang kita miliki.
Lalu mendadak kita bersemangat lagi untuk mengerjakan segala sesuatu. Merasa bersyukur dengan yang kita miliki, juga merasa lebih dekat dengan Tuhan. Tampaknya memang manusia mengalami siklus yang serupa dengan alam. Bila alam mengenal siang dan malam, pergantian musim, pertumbuhan dan kehancuran, maka demikian pula dengan fisik maupun mental manusia yang terkadang naik, terkadang turun. Kata orang itu disebut dengan bioritmik, ritme kondisi fisik dan mental seseorang.
Ketika istri saya berniat menjalani terapi untuk memudahkan punya anak, si ibu pemijat meminta datang pijat pertama kali pada hari kelahiran yang dihitung sesuai penanggalan Jawa. Waktu itu jatuhnya -kalau tak salah- adalah Senin Pon. Sebagian orang mungkin melihat hal tersebut sebagai hal yang tidak selaras dengan petunjuk agama.
Saya sendiri berpikir sederhana, aturan itu (perhitungan dengan ‘weton’ atau hari kelahiran) merupakan pendekatan untuk memperkirakan siklus fisiologi manusia, yang karena ilmunya dirumuskan jaman dahulu maka pemodelannya menggunakan sistem kalender bulan Jawa.
Kebudayaan orang jaman dulu sangat memperhatikan waktu untuk memulai aktivitas. Entah akurat atau tidak, saya kira itu merupakan pendekatan empiris pada kejadian yang mereka alami. Misalnya menghitung hari baik untuk memulai usaha. Menghitung perjodohan. Bahkan kemudian meramal-ramal nasib dengan melihat waktu lahir. Saya sendiri percaya dengan adanya siklus alam, namun TIDAK percaya bahwa model buatan manusia cukup akurat apalagi untuk memperkirakan nasib seseorang. Jadi saya tidak mengikuti cara memilih hari baik untuk memulai aktivitas dengan pemodelan orang jaman dulu.
Namun saya lebih menyukai melihat ‘hari baik untuk mulai usaha’ menggunakan logika modern (yang mungkin juga akan ditertawakan oleh orang jaman dulu). Misalnya, jangan mulai jualan baju setelah hari lebaran! Jelas tidak laku, karena menentang siklus perilaku pembelian baju oleh masyarakat banyak. Kalau mau jual baju ya baiknya sebelum lebaran. Sama halnya dengan lagu-lagu bernuansa religius Islam, pastilah paling tepat dimunculkan saat-saat ini menjelang puasa Ramadhan. Kalau lagu tersebut diterbitkan pada awal tahun baru, tampaknya melawan musim. Ibarat tanam padi di musim kemarau.

Between Love N........

Antara Cinta dan Suka
Salah satu alasan paling umum mengapa kita menikah adalah karena cinta – cinta romantik, bukan cinta agape, yang biasa kita alami sebagai prelude ke pernikahan. Cintalah yang meyakinkan kita untuk melangkah bersama masuk ke jenjang pernikahan.
Masalahnya adalah, walaupun cinta merupakan suatu daya yang sangat kuat untuk menarik dua individu, namun ia tidak cukup kuat untuk merekatkan keduanya.
Makin hari makin bertambah keyakinan saya bahwa yang diperlukan untuk merekatkan kita dengan pasangan kita adalah kecocokan, bukan cinta.
Saya akan jelaskan apa yang saya maksud.
Biasanya cinta datang kepada kita ibarat seekor burung yang tiba- tiba hinggap di atas kepala kita. Saya menggunakan istilah "datang" karena sulit sekali (meskipun mungkin) untuk membuat atau mengkondisikan diri mencintai seseorang.
Setelah cinta menghinggapi kita, cinta pun mulai mengemudikan kita ke arah orang yang kita cintai itu. Sudah tentu kehendak rasional turut berperan dalam proses pengemudian ini. Misalnya, kita bisa menyangkal hasrat cinta karena alasan-alasan tertentu. Tetapi, jika tidak ada alasan-alasan itu, kita pun akan menuruti dorongan cinta dan berupaya mendekatkan diri dengan orang tersebut.
Cinta biasanya mengandung satu komponen yang umum yakni rasa suka.
Sebagai contoh, kita berkata bahwa pada awalnya kita tertarik dengan gadis atau pria itu karena sabarannya, kebaikannya menolong kita, perhatiannya yang besar terhadap kita, wajahnya yang cantik atau sikapnya yang simpatik, dan sejenisnya. Dengan kata lain, setelah menyaksikan kualitas tersebut di atas timbullah rasa suka terhadapnya sebab memang sebelum kita bertemu dengannya kita sudah menyukai kualitas tersebut.
Misalnya, memang kita mengagumi pria yang sabar, memang kita menghormati wanita yang lemah lembut, memang kita mengukai orang yang rela menolong orang lain dan seterusnya.
Jadi, rasa suka muncul karena kita menemukan yang kita sukai pada dirinya.
Saya yakin cinta lebih kompleks dari apa yang telah saya uraikan.
Namun khusus untuk pembahasan kali ini, saya membatasi lingkup cinta hanya pada unsur suka saja. Cocok dan suka tidak identik namun sering dianggap demikian. Saya berikan contoh.
Saya suka rumah yang besar dengan taman yang luas, tetapi belum tentu saya cocok tinggal di rumah yang besar seperti itu. Saya tahu saya tidak cocok tinggal di rumah sebesar itu sebab saya bukanlah tipe orang yang rajin membersihkan dan memelihara taman (yang dengan cepat akan bertumbuh kembang menjadi hutan). Itulah salah satu contoh di mana suka tidak sama dengan cocok. Contoh yang lain. Rumah saya kecil dan cocok dengan saya yang berjadwal lumayan sibuk dan kurang ada waktu mengurusnya.
Namun saya kurang suka dengan rumah ini karena bagi saya, kurang besar (tamannya). Pada contoh ini kita bisa melihat bahwa cocok berlainan dengan suka. Pada intinya, yang saya sukai belum tentu ocok buat saya; yang cocok dengan saya belum pasti saya sukai. Sekarang kita akan melihat kaitannya dengan pemilihan pasangan hidup.
Tatkala kita mencintai seseorang, sebenarnya kita terlebih dahulu menyukainya, dalam pengertian kita suka dengan ciri tertentu pada dirinya. Rasa suka yang besar (yang akhirnya berpuncak pada cinta) akan menutupi rasa tidak suka yang lebih kecil dan -- ini yang penting -- cenderung menghalau ketidakcocokan yang ada di antara kita. Di sinilah terletak awal masalah.
Ini yang acap kali terjadi dalam masa berpacaran.
Rasa suka meniup pergi ketidakcocokan di antara kita, bahkan pada akhirnya kita beranggapan atau berilusi bahwa rasa suka itu identik dengan kecocokan. Kita kadang berpikir atau berharap, "Saya menyukainya, berarti saya (akan) cocok dengannya." Salah besar!
Suka tidak sama dengan cocok; cinta tidak identik dengan cocok! Alias, kita mungkin mencintai seseorang yang sama sekali tidak cocok dengan kita.
Pada waktu Tuhan menciptakan Hawa untuk menjadi istri Adam, Ia menetapkan satu kriteria yang khusus dan ini hanya ada pada penciptaan istri manusia, yakni, "Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia." (Kejadian 2:18).
Kata "sepadan" dapat kita ganti dengan kata "cocok." Tuhan tidak hanya menciptakan seorang wanita buat Adam yang dapat dicintainya, Ia sengaja menciptakan seorang wanita yang cocok untuk Adam.
Tuhan tahu bahwa untuk dua manusia bisa hidup bersama mereka harus cocok.
Menarik sekali bahwa Tuhan tidak mengagungkan cinta (romantik) sebagai prasyarat pernikahan. Tuhan sudah memberi kita petunjuk bahwa yang terpenting bagi suami dan istri adalah kecocokan. Ironisnya adalah, kita telah menggeser hal esensial yang Tuhan tunjukkan kepada kita dengan cara mengganti kata "cocok" dengan kata "cinta." Tuhan menginginkan yang terbaik bagi kita; itulah sebabnya Ia telah menyingkapkan hikmat-Nya kepada kita.
Sudah tentu cinta penting, namun yang terlebih penting ialah, apakah ia cocok denganku? Saya teringat ucapan Norman Wright, seorang pakar keluarga di Amerika Serikat, yang mengeluhkan bahwa dewasa ini orang lebih banyak mencurahkan waktu untuk menyiapkan diri memperoleh surat ijin mengemudi dibanding dengan mempersiapkan diri untuk memilih pasangan hidup. Saya kira kita telah termakan oleh motto, "Cinta adalah segalanya," dan melupakan fakta di lapangan bahwa cinta (romantik) bukan segalanya.
Jadi, kesimpulannya ialah, cintailah yang cocok dengan kita!

Mencintai Tak harus...........

Mencintai tak harus memiliki. Ah, masa?

Filed under: Kecerdasan Spiritual, Kecerdasan Emosi, Topik Personal, Cara Bahagia
“Mencintai tak harus memilki…,” demikian syair sebuah lagu yang terdengar di radio. Ini kisah cinta yang tak kesampaian, entah karena cinta tak berbalas, maupun dua insan yang saling mencintai tapi terpaksa tak bisa berstu.
Ini kisah si Lanang, sebut saja namanya begitu, yang cinta setengah mati kepada Melati, gadis idamannya sejak masa SMA. Cinta si Lanang tak berbalas. Selain mungkin Melati tidak tertarik dengan Lanang, mungkin juga faktor beda keyakinan antara keduanya telah menjadi kendala.
Lanang adalah pemuda yang brilyan dalam pelajaran. Prestasinya mengagumkan. Namun dalam urusan cinta, tampaknya Lanang tak bisa berpikir jernih. Ketika Melati menikah dengan orang lain, Lanang masih mencintai.


Ketika Melati sudah berputra, Lanang pun masih mencintai. Melati adalah ‘cinta sejati’ Lanang (tentu saja menurut versi Lanang sendiri).
Kuliah Lanang akhirnya berantakan. Menurut teman-temannya, tampaknya masalah cinta kepada Melati memberi andil utama kacaunya konsentrasi Lanang kepada kuliahnya. Hidup Lanang berantakan karena kesetiaan kepada cintanya sendiri. Ah, Lanang, seharusnya kau tahu bahwa mencintai tak harus memiliki….
Apakah di antara Anda ada yang mengalami kasus mencintai tapi tak memiliki? Pendapat saya, mencintai harusnya memiliki. Kalau tidak bisa dimiliki, JANGAN dicintai (atau kurangilah cinta Anda).
Baik, agar lebih netral, boleh mencintai tanpa memiliki, tapi CINTAILAH YANG ANDA MILIKI.
Banyak terjadi pasangan suami istri yang diam-diam masih berselingkuh hatinya. Salah satu dari mereka masih memendam cinta yang amat sangat kepada ‘cinta sejati’nya. Hatinya masih terus mengingat masa lalunya. Sementara mungkin yang sedang ia ingat itu tidak balas mengingatnya sedikitpun. Sebaliknya, pasangan yang kini dimiliki dan memiliki, justru tidak mendapat cinta yang penuh. Bayang-bayang masa lalu masih melekat, bagaikan beban berat di punggung yang tak bisa dilepaskan.
Bila Anda mencintai sesuatu, kemudian gagal memilikinya, relakan saja. Punahkan cintamu itu dan arahkan kepada yang bisa engkau miliki. Kemampuan melepaskan apa yang luput dan hilang darimu adalah bagian dari keimananmu kepada Tuhan. Pantaskah kita menganggap apa yang terbaik bagi kita adalah yang luput itu? Mengapa tidak kita syukuri apa yang diberikan-Nya kepada kita?
Mencintai sesuatu yang tidak dimiliki sebenarnya adalah tindakan yang buruk, karena menguras energi. Cinta adalah perhatian yang memerlukan energi perasaan dan pikiran. Mencintai memerlukan energi. Karena itulah yang terbaik adalah saling mencintai, suatu kondisi saling memberi energi. Bila kita saling mencintai, maka kedua pihak akan semakin sehat dan tumbuh. Bila hanya salah satu yang mencintai, maka si pecinta akan terus mengeluarkan energinya dan suatu saat mengalami kemunduran, fisik maupun mental. Hanya mereka yang punya tingkatan ikhlas tinggi sajalah, mampu menyerap dengan mudah energi dari alam semesta untuk kemudian disalurkan menjadi energi cinta kepada makhluk lain. Dan kalau memang punya keikhlasan tinggi, bukankah sangat mudah untuk melepaskan apa yang luput itu?
Bila Anda pernah mencintai seseorang, dan lalu menjadi milik orang lain. Punahkan cintamu kepadanya. Carilah sosok lain yang bisa mengimbangi cintamu, dan cintailah sepenuh-penuhnya. Cinta searah tak akan menumbuhkan, cinta dua arah akan saling menumbuhkan.
Kisah si Lanang adalah kisah nyata seorang teman saya. Syukurlah, setelah kejatuhan yang begitu menyakitkan, kini dia bisa menerima dan memulai kehidupan yang baru.
Mencintai tak harus memiliki. Setelah gagal memiliki, tak usahlah terus mencintai. Carilah ganti, dan kemudian cintailah apa yang kau miliki.

Being ReacH.......

Semua orang pasti ingin menjadi kaya dan hidup berkelimpahan. Sebenarnya kita semua mempunyai hak yang sama untuk mendapatkannya. Anda bisa kaya secara material maupun spiritual dengan mengaktifkan dan menciptakan faktor kekayaan dalam diri Anda, diantaranya :
1. Realize your potential (Menyadari potensi Anda). Setiap individu dilahirkan dengan potensi dan bakat tersendiri, yang paling penting yaitu kita harus menyadari potensi diri kita sendiri sehingga bisa mengembangkannya menjadi keunggulan pribadi kita. dengan menyadari potensi dan bakat kita itu adalah faktor kekayaan yang paling utama yang bisa kita kembangkan menjadi apa saja yang kita inginkan.
2. Increase your level of service everyday in everyway. Meningkatkan pelayanan Anda setiap hari dengan segala cara. Dengan selalu memberikan pelayanan yang terbaik yang kita bisa dan seantiasa memberi yang lebih baik dalam apapun yang kita lakukan otomatis akan menapatkan imbalan yang sepantasnya buat kita.
3. Challenge your skill with new activities and tasks. Menguji keterampilan Anda dengan melakukan kegiatan dan tugas baru. Senantiasa melakukan sesuatu diluar zona kebiasaan kita, dengan selalu mencoba kegiatan dan hal-hal baru kita akan banyak belajar dan secara langsung maupun tidak langsung akan meningkatkan kemampuan kita dalam menyelesaikan berbagai tantangan dalam situasi apapun.



4. Harmonise with people and the environment around. Menciptakan hubungan yang harmonis dengan orang-orang dan linkungan Anda. Dalam melakukan apapun kita pasti selalu berhubungan dengan orang lain disekitar kita, oleh sebab itu kita harus selalu menghargai kepentingan orang lain dan menciptakan hubungan yang harmonis dengan mereka maupun dengan lingkungan sekitar kita sehingga apapun yang kita lakukan akan lebih bermakna.
Dengan mengaktifkan 4 faktor (unsur) kaya diatas, semua dari kita akan menjadi kaya secara jasmani maupun rohani, material maupun spiritual sehingga kita bisa menjadi orang kaya seutuhnya dan hidup lebih berprestasi serta harmonis dengan orang-orang dan lingkungan disekitar kita.

Salam Sukses, Sehat, Kaya & Bahagia !
Pada saat ini, banyak dari kita berdiam diri membiarkan apa yang kita cita-citakan tetap menjadi Impian saja tampa benar-benar berusaha untuk mewujudkannya. Lantas apa yang menyebabkan kita tidak bisa merealisasikan Impian kita ? bukankah kita sudah menginginkannya sejak lama bahkan sudah merencanakan berbagai cara maupun strategi untuk mencapainya dan sudah bekerja keras untuk mengejarnya ?
Setiap orang pasti mempunyai cita-cita dan Impian dalam hidupnya.. seperti : memiliki rumah dan mobil mewah, menjadi orang terkenal, mengunjungi tempat-tempat eksotik di seluruh dunia, menikmati pola hidup yang luar biasa, bebas waktu dan financial dan bisa melakukan apa saja yang ingin kita lakukan bersama keluarga dan orang-orang yang paling kita sayangi dalam hidup kita. Tetapi pertanyaannya : “Kenapa banyak dari kita tidak bisa merealisasikan Impian kita ?”
Pertama : Selalu mengaitkan dengan masa lalu. Disaat kita mempunyai sesuatu yang berarti untuk diwujudkan seringkali kita tidak bisa lepas dari bayangan masa lalu. Kita mengingat kondisi hidup yang susah, segala keterbatasan, semua kegagalan kita sebelumnya dan menemukan semua alasan kenapa kita tidak bisa berhasil, dst…
Kedua : Kita menpunyai ketakutan dan kecemasan. Sebelum melakukan sesuatu kita sering kali mempunyai ketakutan dan kecemasan yang berlebihan. Bagaimana kalo saya tidak berhasil ?, apa yang dikatakan orang tentang saya?, mereka akan menertawakan saya? Saya akan tambah frustasi jika saya sudah berusaha dan ternyata tidak mencapainya, dst…
Ketiga : Membiarkan orang lain mengintimidasi kita. Sering kali kita membiarkan orang lain mengintimidasi kita dengan kata-kata yang menurunkan semangat dan mengacaukan focus kita bahkan mencuri Impian kita. Anda tidak mungkin bisa berhasil, jangan bermimpi , lakukan yang biasa-biasa aja, terlalu besar dan sulit dicapai. Udah terima nasib saja, dst…
Keempat : Tidak bisa melalukan sampai Tuntas. Ini yang paling sering terjadi dalam hidup kita. Memulainya dengan Antusias dan semangat yang mengebu-gebu, tetapi ketika menghadapi kendala cepat menyerah, tidak sanggup menderita dan tidak mau bayar harga sehingga melepaskannya begitu saja.
Kelima : Kita mempunyai sifat malas. Salah satu kebiasaan kita dan penyakit lama yaitu suka menunda-nunda pekerjaan dan rencana tindakan yang sudah ditetapkan. Menganggap masih ada banyak waktu untuk mengerjakannya sehingga sering kali tidak pernah memulai ataupun sudah terlambat ketika kita sadar.
Pesan :
Jika kita mau berhasil mewujudkan semua cita-cita dan Impian kita, kita harus segera menghancurkan lima penghalang mental (mental block) kita diatas dan mengantikannya dengan 5 kebiasaan baru yang akan menjadi titik tolak perubahan yang mendorong kita untuk segera merealisasikan Impian kita. Saat ini juga !
Pertama : Focus ke Masa Depan dan Impian Anda. Pikirkan apa yang benar-benar Anda inginkan, susun rencana kerja , gali potensi dan kelebihan Anda, temukan strategi, cara dan segala kemungkinan untuk mewujudkannya
Kedua : Yakin dan Percaya 100% bahwa Anda bisa. Keyakinan adalah modal utama untuk mendapatkan apapun yang Anda inginkan. Segala sesuatu yang tidak mungkin dalam hidup ini hanya seringkali belum pernah di coba.
Ketiga : Lakukan saja sesuai dengan keinginan Anda. Ikuti kata hati Anda, tulikan telingga Anda dari orang-orang negatif dan pesimis disekeliling Anda. Ingat : A great pleasure in life is doing what other people say you can’t do it, so Just do It ! Buatlah record dan sejarah baru dalam hidup Anda.
Keempat : Selesaikan apa yang telah Anda mulai. Berani bayar harga dan miliki mental Sang Juara. Ingat : The winner never quit, and quitter never win ! Jangan pernah memalingkan mata Anda sedetikpun dari garis finish.
Kelima : Mulailah sekarang, saat ini juga. Lakukan segera apa yang Anda rencanakan, apa saja. Ingat : Action is Power ! Sebenarnya orang sukses bukanlah orang yang hebat tetapi mereka adalah orang yang selalu take action dan memulai lebih awal sehingga seringkali satu langkah lebih maju dari kita.
Inilah 5 (lima) kebiasaan baru yang bisa membantu kita untuk segera merealisasikan semua Impian kita. semoga bermanfaat, selamat menyongsong Tahun Baru 2008, Semoga Tahun 2008 ini menjadi tahun terobosan buat kita semua.
Hidup lebih Sukses, Sehat, Kaya & Bahagia !

Emotional Quotion (Part_4)

UNSUR-UNSUR KECERDASAN EMOSI (EMOTIONAL QUOTION)

Kecerdasan emosi memiliki 5 (lima) unsur: (1). Kesadaran Diri (Self- Awareness), (2). Pengaturan Diri (Self-Regulation), (3). Motivasi (motivation), (4). Empati (Empathy), dan (5). Ketrampilan Sosial (Social Skills).

KESADARAN DIRI (SELF-AWARENESS)
Kesadaran diri memusatkan perhatian pada pengenalan ragam emosi dan membangun konsep diri. Menurut Daniel Goleman, ada tiga kemampuan kesadaran diri yang umumnya dimiliki oleh mereka yang berkinerja tinggi, yaitu: Kesadaran emosi (Emotional Awareness), Penilaian diri secara teliti (Accurate Self-Assesment), dan Percaya diri (Self-Confidence).
Kesadaran emosi, yaitu tahu tentang bagaimana pengaruh emosi terhadap kinerja kita, dan kemampuan menggunakan nilai-nilai kita untuk memandu pembuatan keputusan.


Seseorang dengan kemampuan ini: (a) tahu emosi mana yang sedang mereka rasakan dan mengapa; (b) menyadari keterkaitan antara perasaan dengan yang mereka pikirkan, perbuat, dan katakan; (c) mengetahui bagaimana perasaan mereka mempengaruhi kinerja; dan (d) mempunyai kesadaran yang menjadi pedoman untuk nilai-nilai dan sasaran-sasaran mereka.
Penilaian diri secara teliti, yaitu perasaan yang tulus tentang kekuatan-kekuatan dan batas-batas pribadi kita, visi yang jelas tentang mana yang perlu diperbaiki, dan kemampuan untuk belajar dari pengalaman. Seseorang dengan kecakapan ini: (a) sadar tentang kekuatan dan kelemahanya; (b) mau belajar dari pengalaman; (c) terbuka terhadap umpan balik yang tulus, bersedia menerima perspektif baru; dan (d) mampu menunjukkan rasa humor dan bersedia memandang diri sediri dengan perspektif yang luas.
Percaya diri, yaitu keberanian yang datang dari kepastian tentang kemampuan, nilai-nilai, dan tujuan kita. Seseorang dengan kecakapan ini: (a) berani tampil dengan keyakinan diri atau berani menyatakan "keberadaannya"; (b) berani menyuarakan pandangan yang tidak populer dan bersedia berkorban demi kebenaran; (c) mampu membuat keputusan yang baik kendati dalam keadaan tidak pasti dan tertekan.

PENGATURAN DIRI (SELF-REGULATION)
Pengaturan diri, menekankan pada kemampuan mengontrol diri dari hambatan-hambatan emosional yang negative, mengelolanya secara akurat dan bijak agar tetap dapat berfikir jernih dan terfokus. Menurut Goleman, ada lima kemampuan pengaturan diri yang dimiliki oleh orang berkinerja tinggi, yaitu: kendali diri (Self-Control), Dapat dipercaya (Trustworthiness), Kehati-hatian (Conscientiousness), Adaptabilitas (Adabtability), dan Inovasi (Inovation).
Pengendalian diri, yaitu menjaga agar emosi dan impuls yang merusak tetap terkendali. Seseorang dengan kecakapan ini akan: (a) mengelola dengan baik perasaan-perasaan impulsive dan emosi-emosi yang menekan; (b) tetap teguh, berfikir positif, dan tidak goyah walaupun dalam situasi yang paling berat; dan (c) berfikir dengan jernih dan tetap terfokus kendati dalam tekanan.
Dapat dipercaya, yaitu menunjukkan kejujuran dan integritas. Seseorang dengan kecakapan ini akan; (a) bertindak menurut etika dan tidak pernah mempermalukan orang; (b) membangun kepercayaan lewat keandalan diri dan otentisitas; (c) mengakui kesalahan sendiri dan berani menegur perbuatan tidak etis orang lain; dan (d) berpegang kepada prinsip secara teguh bahkan bila akibatnya adalah menjadi tidak disukai.
Kehati-hatian, yaitu dapat diandalkan dan bertanggungjawab dalam memenuhi kewajiban. Seseorang dengan kecakapan ini akan: (a) memenuhi komitmen dan memenuhi janji; (b) bertanggungjawab sendiri untuk memperjuangkan tujuan mereka; dan (c) terorganisasi dan cermat dalam bekerja.
Adaptabilitas, yaitu keluwesan dalam menangani perubahan dan tantangan. Seseorang dengan kecakapan seperti ini akan: (a) terampil menangni beragamnya kebutuhan, bergesernya prioritas, dan pesatnya perubahan; (b) siap mengubah tanggapan dan taktik untuk menyesuaikan diri dengan keadaan; dan (c) luwes dalam memandang situasi.
Inovasi, yaitu bersikap terbuka terhadap gagasan-gagasan dan pendekatan-pendekatan baru, serta informasi terkini. Seseorang dengan kecakapan ini akan: (a) selalu mencari gagasan baru dari berbagai sumber; (b) mendahulukan solusi-solusi yang orisionil dalam memecahkan masalah; (c) menciptakan gagasan-gagasan baru, dan (d) berani mengubah wawasan dan mengambil resiko akibat pemikiran baru mereka.

MOTIVASI (MOTIVATION)
Motivasi merupakan suatu pengertian yang melingkupi semua penggerak, alasan-alasan, atau dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan berbuat sesuatu. Empat kemampuan motivasi yang umumnya dimiliki orang berkinerja tinggi adalah: Dorongan Berprestasi (Achievement Drive), Komitmen (Commitment), Inisiatif (Initiative), dan Optimisme (Optimism).
Dorongan Berprestasi, yaitu dorongan untuk meningkatkan atau memenuhi standar keunggulan. Seseorang dengan kecakapan ini: (a) berorientasi pada hasil dengan semangat juang tinggi untuk meraih tujuan dan memenuhi standar, (b) menetapkan sasaran yang menantang dan berani mengambil resiko yang telah diperhitungkan, (c) mencari informasi sebanyak-banyaknya guna mengurangi ketidakpastian dan mencari cara yang lebih baik, dan (d) terus belajar untuk meingkatkan kinerjanya.
Komitmen, yaitu menyelaraskan diri dengan sasaran kelompok atau lembaga. Seseorang dengan kecakapan ini akan: (a) siap berkorban demi pemenuhan sasaran lembaga yang lebih penting, (b) merasakan dorongan semangat dalam misi yang lebih besar, (c) menggunakan nilai-nilai kelompok dalam pengambilan keputusan dan penjabaran pilihan-pilihan, dan (d) aktif mencari peluang guna memenuhi misi kelompok.
Inisiatif, yaitu kesiapan untuk memanfaatkan kesempatan. Seseorang dengan kecakapan ini, akan: (a) siap memanfaatkan peluang, (b) mengejar sasaran lebih daripada yang dipersyaratkan atau diharapkan dari mereka, (c) berani melanggar batas-batas dan aturan-aturan yang tidak prinsip bila perlu agar tugas dapat dilaksanakan, dan (d) mengajak orang lain melakukan sesuatu yang tidak lazim dan bernuansa petualangan.
Optimisme, yaitu kegigihan dalam memperjuangkan sasaran kendati ada halangan. Seseorang dengan kecakapan ini akan: (a) tekun dalam mengejar sasaran kendati banyak halangan dan kegagalan, (b) bekerja dengan harapan untuk sukses bukannya takut gagal, (c) memandang kegagalan atau kemunduran sebagai situasi yang dapat dikendalikan ketimbang sebagai kekurangan pribadi.

EMPATI (EMPATHY)
Empati menekankan pentingnya mengindra perasaan dari perspektif orang lain sebagai dasar untuk membangun hubungan interpersonal yang sehat. Jika dalam self awareness terfokus pada pengenalan emosi sendiri, dalam empati perhatiannya dialihkan kepada pengenalan emosi orang lain. Semakin seseorang mengetahui emosi sendiri, semakin terampil ia membaca emosi orang lain. Dengan demikian, empati dapat dipahami sebagai kemampuan mengindra perasaan dan perspektif orang lain.
Menurut Daniel Goleman, terdapat 5 (lima) kemampuan empati yang umumnya dimiliki oleh star performer, yaitu: Memahami orang lain (Understanding Others), Mengembangkan orang lain (Developing Others), Orientasi pelayanan (Service Orientation), Memanfaatkan keragaman (Leveraging Diversity), dan Kesadaran Politis (Political Awareness).
Memahami orang lain, yaitu mengindra perasaan dan perspektif orang lain, serta menunjukkan minat aktif terhadap kepentingan mereka. Seseorang dengan kecakapan ini, akan: (a) memperhatikan isyarat-isyarat emosi dan mendengarkannya dengan baik, (b) menunjukkan kepekaan dan pemahaman terhadap perspektif orang lain, (c) membantu berdasarkan pemahaman terhadap kebutuhan orang lain.
Mengembangkan orang lain, yaitu mengindra kebutuhan orang lain untuk berkembang dan meningkatkan kemampuan mereka. Seserang dengan kecakapan ini akan: (a) mengakui dan menghargai kekuatan, keberhasilan dan perkembangan orang lain; (b) menawarkan umpan balik yang bermanfaat dan mengidentifikasi kebutuhan orang lain untuk berkembang; (c) menjadi mentor, memberi pelatihan pada waktu yang tepat, dan penugasan-penugasan yang menantang serta memaksakan dikerahkannya ketrampilan seseorang.
Orientasi pelayanan, yaitu mengantisipasi, mengakui dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan pelanggan. Seseorang dengan kecakapan ini: (a) memahami kebutuhan pelanggan dan menyesuaikanya dengan pelayanan atau produk; (b) mencari berbagai cara untuk meningkatkan kepuasan dan kesetiaan pelanggan; (c) dengan senang hati menawarkan bantuan yang sesuai; dan (d) menghayati perspektif pelanggan, bertindak sebagai penasehat yang dapat dipercaya.
Memanfaatkan keragaman, yaitu menumbuhkan kesempatan-kesempatan melalui keragaman pada banyak orang. Seseorang dengan kecakapan ini, akan; (a) hormat dan mau bergaul dengan orang-orang dari bermacam-macam latar belakang; (b) memahami beragamnya pandangan dan peka terhadap perbedaan antar kelompok; (c) memandang keberagaman sebagai peluang, menciptakan lingkungan yang memungkinkan semua orang sama-sama maju kendati berbeda-beda; dan (d) berani menentang sikap membeda-bedakan dan intoleransi.
Kesadaran Politis, yaitu membaca kecenderungan social politik yang sedang berkembang. Seseorang dengan kecakapan ini, akan: (a) membaca dengan cermat hubungan kekuasaan yang paling tinggi, (b) mengenal dengan baik semua jaringan social yang penting, (c) memahami kekuatan-kekuatan yang membentuk pandangan-pandangan serta tindakan-tindakan klien, pelanggan atau pesaing, dan (d) membaca dengan cermat realitas lembaga maupun realitas di luar.

KETRAMPILAN SOSIAL (SOCIAL SKILLS)
1. Pengaruh (Influence), yaitu trampil menggunakan perangkat persuasi secara efektif.
2. Komunikasi (Communication), yaitu mendengarkan secara terbuka dan mengirimkan pesan secara meyakinkan.
3. Manajemen Konflik (Conflict Management), yaitu merundingkan dan menyelesaikan ketidaksepakatan.
4. Membangkitkan Inspirasi (Inspiration Movement), yaitu mengilhami dan membimbing individu atau keompok.
5. Katalisator perubahan (Change Catalyst), yaitu mengawali atau mengelola perubahan.
6. Membangun hubungan (Building Bonds), yaitu menumbuhkan hubungan yang bermanfaat.
7. Kolaborasi dan Kooperasi (Collaboration and Cooperation), yaitu kerjasama dengan orang lain demi tujuan bersama.
8. Kemampuan Tim (Team Capabilities), menciptakan sinergi kelompok dalam memperjuangkan tujuan bersama.
Ketrampilan Sosial merupakan kemampuan menciptakan dan mempertahankan hubungan dengan orang lain dengan menampilkan pribadi kita yang utuh dengan apa adanya, bisa menyatakan perhatian dan penghargaan, juga berbagi kekuatan, kelemahan dan harapan kita.
Buatlah daftar orang-orang yang bisa diandalkan. Buatlah daftar perasaan yang dapat kita ekspresikan dengan mudah. Kembangkan diri kita dengan berbicara hal-hal yang biasanya tidak kita ceritakan, juga dengan orang yang biasanya kita tidak bergaul atau berhubungan atau berbagai pendapat.

Emotional Quotion (Part_3)

Sebuah cerita inspirasi yang luar biasa!

Di atas ketinggian sebuah bukit di Negara Amerika Tengah ada sebuah rumah yang dibangun dekat sebuah jurang, dengan air yang berwarna biru hijau berada jauh dibawah lembah. Sebuah kursi ada di halaman rumput dekat jurang itu dan kadang-kadang seorang lelaki usia 45 tahun duduk disana. Orang ini adalah seorang spesialis bayi, dan kursinya juga kursi special, sebuah kursi roda khusus. Dia tidak bisa berjalan, ia tak punya kaki,kedua kakinya telah diamputasi untuk menyelamatkan hidupnya.
Pernah terjadi shock akibat “kemalangan” ini hampir kehilangan akal sehatnya. Pernah dia mencoba untuk memutar kursi rodanya masuk ke dalam jurang; tapi itu semua terjadi lebih dari setahun yang lalu.



Sekarang anda dapat melihatnya pagi-pagi benar, dengan kaki buatan, duduk dalam mobil yang dirancang khusus buat dia, untuk pergi membawanya ke klinik anak-anak. Anda dapat melihatnya yang duduk di kursi roda di klinik itu dengan memakai stetoskopnya, ketika banyak orang tua penuh cemas datang kepadanya bersama anak-anak mereka. Anda dapat melihatnya sedang bekerja dengan badan yang sehat dan senyuman di wajah. Anda dapat melihat kepuasan hati di wajahnya karena kerja yang dicapainya setiap hari.
Kendati tak punya kaki, ia selalu berlari ke dalam hati anak-anak dan orang tua mereka, berlari untuk mereka karena ia telah memenangkan pertandingan dalam dirinya.
Kita semua sedikit agak pincang, dan terhalangi pada bagian perasaan kita. Frustasi-frustasi harian, ketegangan-ketegangan luar biasa setiap hari berulang kali kita alami. Kiranya saya boleh merentangkan kiasan berikut ini: Kaki-kaki pikiran kita pincang dibuat tak berguna oleh ketakutan. Kita merasa tidak berdaya. Oleh karena itu, kita harus belajar bangkit dari rintangan-rintangan itu. Kita harus belajar bagaimana bisa keluar dari kursi roda ketakutan, kebimbangan, dari kebencian, dan kemarahan. Kita dapat membuang jauh-jauh tongkat penyokong kita dengan mengatasi rintangan-rintangan emosi dan dengan menyesuaikan diri kita dengan ketegangan-ketegangan setiap hari sehingga ketegangan-ketegangan itu tidak akan memincangkan kita, sebaliknya kita dapat berkembang sampai pada kepenuhan diri yang seharusnya.
Untuk berbuat demikian, kita tidak harus memikirkan kemalangan-kemalangan kita. Kita harus mengarahkan energi-energi kita kepada tujuan-tujuan bermanfaat setiap hari, termasuk orang lain seperti yang dilakukan dokter anak tadi. Kita semua bisa membantu diri kita sendiri ketika kita membantu orang lain. Ingatlah dokter yang sedang duduk di kursi rodanya itu. Jauh di ketinggian bukit, menggisap cerutunya dengan puas setelah bekerja secara penuh seharian. Dokter itu bangkit dari keputusasaan dan kegagalannya.
Kita semua harus coba untuk bangkit dari keputusasaan dan kegagalan. Ini yang dinamakan SUKSES!. Ingatlah kata-kata Virgel: “Mereka yang dapat menaklukan adalah mereka yang yakin bahwa diri mereka bisa”.

Emotional Quotion (Part_2)

Mari kita lihat bagaimana emosi bisa mengubah segala keterbatasan menjadi hal yang luar biasa…

First Story

Seorang miliuner terkaya di Amerika Serikat, Donald Trump, adalah contoh apik dalam hal ini. Di tahon 1980 hingga 1990, Trump dikenal sebagai pengusaha real estate yang cukup sukses, dengan kekayaan pribadi yang diperkirakan sebesar satu miliar US dollar.
Dua buku berhasil ditulis pada puncak karirnya, yaitu The Art of The Deal dan Surviving at the Top. Namun jalan yang dilalui Trump tidak selalu mulus…ingat depresi yang melanda dunia di akhir tahun 1990? Pada saat itu harga saham property pun ikut anjlok dengan drastis. Hingga dalam waktu semalam, kehidupan Trump menjadi sangat kebalikan. Apa yang terjadi berikutnya..???



Fantastis, enam bulan kemudian Trump sudah berhasil membuat kesepakatan terbesar dalam sejarah bisnisnya. Trump mampu mendapat keuntungan sebesar US$ 3 Miliar. Ia pun berhasil menulis kembali buku terbarunya yang diberi judul “The Art of Comeback”.
Dalam bukunya itu Trump bercerita bagaimana kebangkrutan yang menimpanya justru menjadikannya lebih bijaksana, kuat dan focus dari pada sebelumnya. Bahkan ia berpikir, jika saja musibah itu tidak terjadi, maka ia tidak akan pernah tahu teman sejatinya dan tidak akan menjadikannya lebih kaya dari yang sebelumnya.
Kecerdasan Emosi memberikan seseorang keteguhan untuk bangkit dari kegagalan, juga mendatangkan kekuatan pada seseorang untuk berani menghadapi tantangan di depan. Tidak sama halnya dengan kecerdasan otak “IQ”, kecerdasan emosi hadir pada setiap orang dan bisa dikembangkan.
Second Story:
“Anak-anak, coba tuliskan tiga kelebihanmu,” kata seorang pastor yang hari itu menjadi pembimbing retreat bagi anak-anak sekolah dasar. Menit demi menit berlalu namun anak-anak itu seakan masih bingung.
Dengan setengah berakting, sang pastor kemudian bersuara keras : ”Ayo, tuliskan! Kalau ngga, kertasmu saya sobek lo.” Anak-anak manis itu seketika menjadi salah tingkah.
Beberapa di antara mereka, memang tampak mulai menulis. Salah satu di antara mereka menulis di atas kertas, “Kadang-kadang nurutin kata ibu. Kadang-kadang bantu ibu. Kadang-kadang nyuapin adik makan.”
Penuh rasa penasaran, sang pastor bertanya kepadanya : ”Kenapa tulisnya kadang-kadang?”. Dengan wajah penuh keluguan, sang bocah hanya berkata : ”Emang cuma kadang-kadang, pastor.”
Ketika semua anak telah menuliskan kelebihan dirinya, sang pastor kemudian melanjutkan instruksi berikutnya : ”Sekarang anak-anak, coba tuliskan tiga kelemahanmu atau hal-hal yang buruk dalam dirimu.” Seketika ruangan kelas menjadi gaduh. Anak-anak tampak bersemangat. Salah satu dari mereka angkat tangan dan bertanya : ”Tiga saja, pastor?”.”Ya, tiga saja!” jawab pastor. Anak tadi langsung menyambung : ”Pastor, jangankan tiga, sepuluh juga bisa!”.
Apa pelajaran yang bisa kita petik dari cerita sederhana itu? Saya menangkap setidaknya ada beberapa hal penting yang bisa kita pelajari. Salah satunya, kita sering tidak menyadari apa kelebihan diri kita karena lingkungan dan orang di sekitar kita jauh lebih sering mengkomunikasikan kepada kita kejelekan dan kekurangan kita.
Third Story
Baru-baru ini, saya dan pacar saya menyaksikan di sebuah televisi swasta pertunjukkan seni dari para penyandang cacat. Kami benar-benar terharu. Ada orang buta yang begitu piawai bermain piano atau kecapi. Pria tanpa lengan dan wanita muda yang tuli dapat menari dengan begitu indahnya. ”Luar biasa, dia bisa menari dengan penuh penghayatan. Yang membuat saya heran, dia kan tuli tapi kok bisa mengikuti irama lagu dengan sangat tepat?”, kata pacar saya terkagum-kagum.
Seorang pria buta yang bernyanyi dengan nada merdu sempat berkata, ”Saudaraku, saya memiliki dua mata seperti Anda. Namun yang ada di depan saya hanyalah kegelapan. Ibu saya mengatakan saya bisa bernyanyi, dan ia memberi saya semangat untuk bernyanyi.”
Benarlah apa yang dikatakan Alexander Graham Bell : ”Setelah satu pintu tertutup, pintu lainnya terbuka; tetapi kerap kali kita terlalu lama memandangi dan menyesali pintu yang telah tertutup sehingga kita tidak melihat pintu yang telah dibuka untuk kita.” Fokuskan perhatian pada kelebihan kita dan bukan kelemahan kita….
Fourth Story
Saya kenal seorang teman yang membenci bosnya karena bosnya itu tidak pernah memberinya kenaikan gaji. Ia pulang ke rumahnya dari kantor dengan kemarahan pada bosnya. Dan, karena tak mampu mengontrol kejengkelannya sewaktu-waktu, ia melemparkan kemarahan itu pada istri dan anak perempuannya. Ia ke tempat tidur tapi tidak dapat tidur karena sementara itu ia merencanakan cara-cara membunuh bosnya. Pagi hari ia bangun dengan keputusan untuk mendamprat bosnya; kemudian ia duduk di kursinya dan mengubur kemarahannya untuk sementara waktu.
Saya kerja lebih keras kok dibayar lebih sedikit? “Tapi si Boss nggak pernah kerja kok dapetnya paling tinggi?”
Begitu tanya Adi ke Budi tentang kegiatan Mr. Cedi, boss mereka. Setelah paham arti kerja efektif, efisien, dan produktif, kini Adi berguru kepada Budi agar bisa menikmati hidup yang lebih hidup.
“Ya, beda lah. Boss kan kerjanya lobbying. Ketawa-ketiwi maen golf, tapi begitu deal, dapetnya gede. Kalau boss nggak dapet deal, kita juga nggak ada kerjaan,” jelas Budi.
“Kerjaan Boss itu punya nilai ekonomis tinggi. Mungkin 10 kali lipat nilai ekonomis kerjaan kita. Makanya walau kerja sedikit, bayarannya gede.”
Akan datang saatnya ketika Anda datang ke tempat tidur dan membanting bantal. Anda sama sekali sendirian dengan pikiran-pikiran Anda sendiri, aset-aset Anda dan kekurangan-kekurangan Anda. Kemudian tanyakan pada diri Anda apa yang Anda lupa lakukan selama hari yang telah berlalu tadi. Apakah Anda lupa tersenyum, setidak-tidaknya sekali sehari? Apakah anda lupa untuk memuji seseorang atas perbuatan baiknya? Atas kata-kata baik yang ia ucapkan? Lupakan bahwa Anda dapat bahagia, bahwa Anda dapat membiasakan kebahagiaan? Apakah Anda melupakan kemarahan, kekesalan, perasaan-perasaan negatif ini yang menjauhkan Anda dari diri Anda dan membuat Anda menjadi kerdil dari sesungguhnya? Lupakah Anda dilahirkan untuk sukses dalam hidup? Apakah Anda lupa bahwa Anda memiliki aset-aset dalam diri Anda yang Tuhan Anda berikan? Apakah Anda lupa bahwa Anda bermartabat karena anda diciptakan sebagai Citra Allah? Apakah Anda lupa untuk bersikap tulus? Apakah Anda lupa untuk memahami kebutuhan orang lain? Apakah Anda lupa untuk berbelaskasihan ? apakah Anda lupa untuk percaya diri? Apakah Anda lupa untuk menerima diri Anda apapun Anda dan tidak mencoba menjadi orang lain? Apakah yang Anda lupakan hari ini? Pikirkanlah satu hal yang tidak Anda ingin lupakan besok. Ini akan membuat Anda relaks dan lebih baik.
Adakanlah pemeriksaan terhadap diri Anda setiap hari. Hal ini menyumbangkan citra diri Anda dan memberi Anda kedamaian pikirin untuk meraih cita-cita esok hari. Lakukan sesuatu yang berarti buat diri anda sendiri maupun orang lain dan Anda akan menpunyai makna buat hidup orang lain.
Jangan mengukur sukses Anda dengan menghitung simbol-simbol prestise Anda dan meniru orang lain, tetapi dengan menghidupkan aspek-aspek mekanisme sukses:
S : Sense of direction (arah tujuan). Anda mesti punya tujuan, suatu keinginan atau cita-cita yang ada dalam berbagai kemampuan anda.
U : Understanding (pengertian).Anda harus memahami kebutuhan-kebutuhan Anda dan orang lain. Mungkin Anda sebuah pulau dalam diri Anda, tetapi Anda sebetulnya “tanah daratan” bersama orang lain.
C : Courage (keberanian). Anda harus memiliki kebe-ranian untuk memanfaatkan kesempatan Anda dalam hidup. Jika Anda berbuat kesalahan, cobalah lagi dan lagi! Renungkanlah kata-kata Alfieri : “Seringkali keberanian teruji bukan untuk mati tetapi untuk hidup”
C : Compassion (rasa belas kasihan). Anda harus punya belas kasih terhadap diri Anda sendiri dan juga orang lain. Anda mesti melihat diri anda dan orang lain dengan mata yang baik jika ingin bahagia dan membuang perasaan-perasaan sepi yang menakutkan. Schopenhauer berkata : “ Belas kasihan adalah dasar dari segala moralitas”
E : Esteem (penghargaan). Jika Anda tidak memiliki rasa hormat atau penghargaan terhadap diri sendiri, tak seorang pun akan memberikan penghargaan pada Anda.Epictetus, filsuf Yunani pernah mengatakan, “Apa yang telah kubuat hilang ; apa yang telah kuberikan kudapatkan.”Ketika Anda menyumbangkan sesuatu untuk hidup Anda, Anda memperbesar rasa harga diri Anda ( sense of worth).
S : Self-acceptance (penerimanaan diri). Anda harus menerima diri Anda sebagaimana Anda adanya. Jangan pernah mencoba menjadi orang lain. George Bernard Shaw mengatakan, “Lebih baiklah menjaga keberhasilan dan kecermelangan diri Anda, karena Anda adalah pintu untuk melihat dunia”. Kita dapat mengatakan, “Lebih baik menjaga kebersihan dan kecermelangan citra diri kita, karena ia pintu untuk melihat dunia ini”.
S : Self-confidence (percaya diri). Anda harus ingat akan kepercayaan dan sukses-sukses yang lalu dalam segala usaha Anda sekarang. Anda mesti berkonsentrasi pada sukses Anda seperti para pemain profesional dalam olahraga. Mereka melupakan saat-saat kalah di masa lalu dan berusaha untuk menang sekarang ini. Anda harus pakai teknik tersebut untuk menjadi juara dalam seni kehidupan ini dengan mengingat bahwa Anda tidak dapat menjadi seorang juara 100% setiap kali.
Sebelumnya saya telah meminta kepada Anda, dan sekarang meminta lagi untuk meluangkan 5 menit tiap hari, masuk ke ruang pikiran Anda. Tentu saja, ini ruang imajiner. Anda seharusnya membayangkan diri Anda sedang duduk di sebuah kursi dan ketika Anda memandang ke luar jendela, Anda melihat sebuah geyser (air mancur panas) melepaskan uap air. Ini simbol Anda sedang membiarkan ketegangan-ketegangan yang telah menekan Anda selama aktivitas sepanjang hari.
Anda harus memeriksa diri Anda. Anda memiliki aset-aset dan kekurangan-kekurangan. Kekurangan Anda adalah ketakutan, kesunyian, kemarahan, dan ketidakpastian. Sedangkan aset-aset Anda adalah iman, pengertian, belas kasihan, dan rasa harga diri.
Kelemahan-kelemahan Anda, emosi-emosi yang destruktif merupakan racun mematikan yang mempengaruhi batin Anda (Anda bagian di bagian dalam). Mereka mengaburkan citra diri Anda. Keraguan dan ketakutan Anda yang tidak berakhir merupakan kekejangan urat dan kerusakan yang tiada akhirnya, suatu kelumpuhan yang tidak akan sembuh. Kemarahan Anda dapat mencaci maki orang lain tetapi terlebih akan mengkianati Anda sendiri.
Di pihak lain, aset-aset pribadi yang terpatri dalam mekanisme sukses Anda tidak hanya memikat citra orang lain tetapi juga citra diri Anda sendiri.
Seperti yang dikatakan Tolstoy, ”Iman adalah kekuatan kehidupan”. Gunakan 5 menit sehari untuk menemukan siapa diri Anda. Temukan bahwa aset-aset pribadi Anda ada di sana untuk Anda dayagunakan, Anda memiliki tanggung jawab moral untuk melakukannya. Lakukan perbaikan citra diri Anda selama 5 menit sehari menjadi iman pribadi Anda yang berharga, yang memaksa Anda bangkit menuju martabat penuh Anda, menjadi diri Anda yang besar ~ Anda yang sungguh-sungguh Anda adanya. Buatlah hal tersebut sebagai tujuan harian Anda sepanjang hidup Anda; mengubah hidup Anda menjadi lebih baik setiap harinya.

Emotional Quotion (Part_1)

Strategika!
Kecerdasan Emosional
“Siapapun bisa marah, marah itu mudah. Tetapi, marah pada orang yang tepat, dengan kadar yang sesuai, pada waktu yang tepat, demi tujuan yang benar, dan dengan cara yang baik, bukanlah hal mudah.” — Aristoteles, The Nicomachean Ethics.
Kecerdasan
Berdasarkan pengertian tradisional, kecerdasan meliputi kemampuan membaca, menulis, berhitung, sebagai jalur sempit ketrampilan kata dan angka yang menjadi fokus di pendidikan formal (sekolah), dan sesungguhnya mengarahkan seseorang untuk mencapai sukses di bidang akademis (menjadi professor). Tetapi definisi keberhasilan hidup tidak melulu ini saja. Pandangan baru yang berkembang: ada kecerdasan lain di luar IQ, seperti bakat, ketajaman pengamatan sosial, hubungan sosial, kematangan emosional, dan lainnya yang harus juga dikembangkan.
Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional mencakup pengendalian diri, semangat, dan ketekunan, serta kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustrasi, kesanggupan untuk mengendalikan dorongan hati dan emosi, tidak melebih-lebihkan

kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stress tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, untuk membaca perasaan terdalam orang lain (empati) dan berdoa, untuk memelihara hubungan dengan sebaik-baiknya, kemampuan untuk menyelesaikan konflik, serta untuk memimpin. Orang-orang yang dikuasai dorongan hati yang kurang memiliki kendali diri, menderita kekurangmampuan pengendalian moral.
Berdasarkan pengalaman, apabila suatu masalah menyangkut pengambilan keputusan dan tindakan, aspek perasaan sama pentingnya dan sering kali lebih penting daripada nalar. Emosi itu memperkaya; model pemikiran yang tidak menghiraukan emosi merupakan model yang miskin. Nilai-nilai yang lebih tinggi dalam perasaan manusia, seperti kepercayaan, harapan, pengabdian, cinta, seluruhnya lenyap dalam pandangan kognitif yang dingin, Kita sudah terlalu lama menekankan pentingnya IQ dalam kehidupan manusia. Bagaimanapun, kecerdasan tidaklah berarti apa-apa bila emosi yang berkuasa. Kecerdasan emosional menambahkan jauh lebih banyak sifat-sifat yang membuat kita menjadi lebih manusiawi.
Antara IQ dan EQ
Kecerdasan akademis sedikit kaitannya dengan kehidupan emosional. Orang dengan IQ tinggi dapat terperosok ke dalam nafsu yang tak terkendali dan impuls yang meledak-ledak; orang dengan IQ tinggi dapat menjadi pilot yang tak cakap dalam kehidupan pribadi mereka. Terdapat pemikiran bahwa IQ menyumbang paling banyak 20 % bagi sukses dalam hidup, sedangkan 80 % ditentukan oleh faktor lain.
Kecerdasan akademis praktis tidak menawarkan persiapan untuk menghadapi gejolak atau kesempatan yang ditimbulkan oleh kesulitan-kesulitan hidup. IQ yang tinggi tidak menjamin kesejahteraan, gengsi, atau kebahagiaan hidup.
Banyak bukti memperlihatkan bahwa orang yang secara emosional cakap yang mengetahui dan menangani perasaan mereka sendiri dengan baik, dan yang mampu membaca dan menghadapi perasaan orang lain dengan efektif memiliki keuntungan dalam setiap bidang kehidupan, entah itu dalam hubungan asmara dan persahabatan, ataupun dalam menangkap aturan-aturan tak tertulis yang menentukan keberhasilan dalam politik organisasi.
Orang dengan ketrampilan emosional yang berkembang baik berarti kemungkinan besar ia akan bahagia dan berhasil dalam kehidupan, menguasai kebiasaan pikiran yang mendorong produktivitas mereka. Orang yang tidak dapat menghimpun kendali tertentu atas kehidupan emosionalnya akan mengalami pertarungan batin yang merampas kemampuan mereka untuk berkonsentrasi pada karir/pekerjaan ataupun untuk memiliki pikiran yang jernih.
Survey membuktikan ….
Survei terhadap orangtua dan guru-guru memperlihatkan adanya kecenderungan yang sama di seluruh dunia, yaitu generasi sekarang, lebih banyak mengalami kesulitan emosional daripada generasi sebelumnya: lebih kesepian dan pemurung, lebih berangasan dan kurang menghargai sopan santun, lebih gugup dan mudah cemas, lebih impulsif dan agresif.
Kemerosotan emosi tampak dalam semakin parahnya masalah spesifik berikut :
1. Menarik diri dari pergaulan atau masalah sosial; lebih suka menyendiri, bersikap sembunyi-sembunyi, banyak bermuram durja, kurang bersemangat, merasa tidak bahagia, terlampau bergantung.
2. Cemas dan depresi, menyendiri, sering takut dan cemas, ingin sempurna, merasa tidak dicintai, merasa gugup atau sedih dan depresi.
3. Memiliki masalah dalam hal perhatian atau berpikir; tidak mampu memusatkan perhatian atau duduk tenang, melamun, bertindak tanpa bepikir, bersikap terlalu tegang untuk berkonsentrasi, sering mendapat nilai buruk di sekolah, tidak mampu membuat pikiran jadi tenang.
4. Nakal atau agresif; bergaul dengan anak-anak yang bermasalah, bohong dan menipu, sering bertengkar, bersikap kasar terhadap orang lain, menuntut perhatian, merusak milik orang lain, membandel di sekolah dan di rumah, keras kepala dan suasana hatinya sering berubah-ubah, terlalu banyak bicara, sering mengolok-olok, bertemperamen panas.
Penelitian jangka panjang terhadap 95 mahasiswa Harvard dari angkatan tahun 1940 an menunjukkan bahwa dalam usia setengah baya, mereka yang peroleh tesnya paling tinggi di perguruan tinggi tidaklah terlampau sukses dibandingkan rekan-rekannya yang IQ nya lebih rendah bila diukur menurut gaji, produktivitas, atau status di bidang pekerjaan mereka.
Mereka juga bukan yang paling banyak mendapatkan kepuasan hidup, dan juga bukan yang paling bahagia dalam hubungan persahabatan, keluarga, dan asmara.
Penanganan
Bagaimana kita mempersiapkan anak-anak kita dalam menempuh kehidupan? Perlu pendidikan kecakapan manusiawi dasariah, seperti kesadaran diri, pengendalian diri, dan empati, seni mendengarkan, menyelesaikan pertentangan dan kerja sama. Kendati terdapat kendali sosial, dari waktu ke waktu nafsu seringkali menguasai nalar. Perlu adanya keseimbangan antara kecerdasan rasional dan kecerdasan emosional.
Keberhasilan hidup ditentukan oleh keduanya.
Ajaran Socrates : “Kenalilah dirimu” menunjukkan inti kecerdasan emosional: kesadaran akan perasaan diri sendiri sewaktu perasaan itu timbul.
Pelatihan untuk menyatakan perasaan negatif (marah, frustrasi, kecewa, depresi, cemas) menjadi amat penting. Pelampiasan yang tidak tepat justru menambah intensitas, bukan mengurangi. Cara berpikir menentukan cara merasa, oleh karenanya berpikir positif sangatlah diperlukan.
Ketekunan, kendali dorongan hati dan emosi, penundaan pemuasan yang dipaksakan kepada diri sendiri demi suatu sasaran, kemampuan untuk mengetahui bagaimana perasaan orang lain (empati), dan manajemen diri merupakan hal yang dapat dipelajari…………………
Mampu menguasai emosi, sering kali orang menganggap remeh pada masalah ini. Padahal, kecerdasan otak saja tidak cukup menghantarkan seseorang mencapai kesuksesan. Justru, pengendalian emosi yang baik menjadi factor penting penentu kesuksesan hidup seseorang.
Kecerdasan emosi adalah sebuah gambaran mental dari seseorang yang cerdas dalam menganalisa, merencanakan dan menyelesaikan masalah, mulai dari yang ringan hingga kompleks. Dengan kecerdasan ini, seseorang bias memahami, mengenal, dan memilih kualitas mereka sebagai insan manusia.
Orang yang memiliki kecerdasan emosi bisa memahami orang lain dengan baik dan membuat keputusan dengan bijak. Lebih dari itu, kecerdasan ini terkait erat dengan bagaimana seseorang dapat mengaplikasikan apa yang ia pelajari tentang kebahagiaan, mencintai dan berinteraksi dengan sesamanya.
Ia pun tahu tujuan hidupnya dan akan bertanggung jawab dalam segala hal yang terjadi dalam hidupnya, sebagai bukti tingginya kecerdasan emosi yang dimilikinya.
Kecerdasan emosi lebih terfokus pada pencapaian kesuksesan hidup yang tidak tampak. Kesuksesan bias tercapai ketika seseorang bisa membuat kesepakatan dengan melibatkan emosi, perasan dan interaksi dengan sesamanya. Terbukti, pencapaian kesuksesan seperti materi tidak menjamin kepuasan hati seseorang.
Di tahun 1990, Kecerdasan Emosi (yang juga dikenal dengan sebutan “EQ”), dikenalkan secara global. Dinyatakan bahwa kemampuan seseorang untuk mengatasi dan menggunakan emosi secara tepat dalam setiap bentuk interaksi lebih dibutuhkan dari pada kecerdasan otak (IQ) seseorang.

Mata yanG diJamiN

Mata yang Dijamin Terhindar
dari Api Neraka

On the authority of Ibn `Abbas (may Allah be pleased with him) who reported that he heard Allah's Messenger (may peace be upon him) saying, "Two eyes will never be touched by the fire of Hell; an eye which weeps out of Fear of Allah and an eye which spends the night in guarding in the Cause of Allah." (Reported by al-- Tirmidhi)


Dari Ibnu Abbas ra. berkata, "Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, "Ada dua mata yang tidak akan tersentuh api neraka. Mata yang menangis karena takut kepada Allah. Dan mata yang begadang berjaga dalam jihad fi sabilillah." (HR At-Tirmizy - Hasan Shahih)
1. Orang yang menangis karena takut kepada Allah SWT akan dijaga dari tersentuh api neraka. Maka sering-seringlah menangis dan mohon ampunan atas dosa-dosa yang pernah dilakukan, agar jangan sampai terkena siksa neraka yang pedih.
2. Orang yang turut berjihad di jalan Allah akan dijaga dari api neraka, matanya berjaga di jalan Allah demi tegaknya agama Islam.
3. Jangan sampai kita menggunakan mata ini untuk begadang yang bukan-bukan dan tidak ada manfaatnya. Atau hanya sekedar melihat-lihat yang tidak ada menambah iman kepada Allah. Sebab yang dijamin terhindar dari api neraka adalah mata yang menangis karena Allah dan berjaga di medan jihad.

titik_temu. Crew

english @rticles

Using Articles

What is an article? Basically, an article is an adjective. Like adjectives, articles modify nouns.
English has two articles: the and a/an. The is used to refer to specific or particular nouns; a/an is used to modify non-specific or non-particular nouns. We call the the definite article and a/an the indefinite article.
the = definite article
a/an = indefinite article
For example, if I say, "Let's read the book," I mean a specific book. If I say, "Let's read a book," I mean any book rather than a specific book.
Here's another way to explain it: The is used to refer to a specific or particular member of a group. For example, "I just saw the most popular movie of the year." There are many movies, but only one particular movie is the most popular. Therefore, we use the.
"A/an" is used to refer to a non-specific or non-particular member of the group. For example, "I would like to go see a movie." Here, we're not talking about a specific movie. We're talking about any movie. There are many movies, and I want to see any movie. I don't have a specific one in mind.
Let's look at each kind of article a little more closely.
Indefinite Articles: a and an
"A" and "an" signal that the noun modified is indefinite, referring to any member of a group. For example:
• "My daughter really wants a dog for Christmas." This refers to any dog. We don't know which dog because we haven't found the dog yet.
• "Somebody call a policeman!" This refers to any policeman. We don't need a specific policeman; we need any policeman who is available.
• "When I was at the zoo, I saw an elephant!" Here, we're talking about a single, non-specific thing, in this case an elephant. There are probably several elephants at the zoo, but there's only one we're talking about here.


Remember, using a or an depends on the sound that begins the next word. So...
• a + singular noun beginning with a consonant: a boy; a car; a bike; a zoo; a dog
• an + singular noun beginning with a vowel: an elephant; an egg; an apple; an idiot; an orphan
• a + singular noun beginning with a consonant sound: a user (sounds like 'yoo-zer,' i.e. begins with a consonant 'y' sound, so 'a' is used); a university; a unicycle
If the noun is modified by an adjective, the choice between a and an depends on the initial sound of the adjective that immediately follows the article:

• a broken egg
• an unusual problem
• a European country (sounds like 'yer-o-pi-an,' i.e. begins with consonant 'y' sound)
Remember, too, that in English, the indefinite articles are used to indicate membership in a group:
• I am a teacher. (I am a member of a large group known as teachers.)
• Brian is an Irishman. (Brian is a member of the people known as Irish.)
• Seiko is a practicing Buddhist. (Seiko is a member of the group of people known as Buddhists.)
Definite Article: the
The definite article is used before singular and plural nouns when the noun is specific or particular. The signals that the noun is definite, that it refers to a particular member of a group. For example:
"The dog that bit me ran away." Here, we're talking about a specific dog, the dog that bit me.
"I was happy to see the policeman who saved my cat!" Here, we're talking about a particular policeman. Even if we don't know the policeman's name, it's still a particular policeman because it is the one who saved the cat.
"I saw the elephant at the zoo." Here, we're talking about a specific noun. Probably there is only one elephant at the zoo.
Count and Noncount Nouns
The can be used with noncount nouns, or the article can be omitted entirely.
• "I love to sail over the water" (some specific body of water) or "I love to sail over water" (any water).
• "He spilled the milk all over the floor" (some specific milk, perhaps the milk you bought earlier that day) or "He spilled milk all over the floor" (any milk).
"A/an" can be used only with count nouns.
• "I need a bottle of water."
• "I need a new glass of milk."
Most of the time, you can't say, "She wants a water," unless you're implying, say, a bottle of water.
Geographical use of the
There are some specific rules for using the with geographical nouns.
Do not use the before:
• names of most countries/territories: Italy, Mexico, Bolivia; however, the Netherlands, the Dominican Republic, the Philippines, the United States
• names of cities, towns, or states: Seoul, Manitoba, Miami
• names of streets: Washington Blvd., Main St.
• names of lakes and bays: Lake Titicaca, Lake Erie except with a group of lakes like the Great Lakes
• names of mountains: Mount Everest, Mount Fuji except with ranges of mountains like the Andes or the Rockies or unusual names like the Matterhorn
• names of continents (Asia, Europe)
• names of islands (Easter Island, Maui, Key West) except with island chains like the Aleutians, the Hebrides, or the Canary Islands
Do use the before:
• names of rivers, oceans and seas: the Nile, the Pacific
• points on the globe: the Equator, the North Pole
• geographical areas: the Middle East, the West
• deserts, forests, gulfs, and peninsulas: the Sahara, the Persian Gulf, the Black Forest, the Iberian Peninsula
Omission of Articles
Some common types of nouns that don't take an article are:
• Names of languages and nationalities: Chinese, English, Spanish, Russian
• Names of sports: volleyball, hockey, baseball
• Names of academic subjects: mathematics, biology, history, computer science
Rate: English learning articles